Waktu diciptakan oleh Allah swt, berjalan teratur dan tidak akan pernah saling mendahului antara satu dengan yang lain, misalnya siang tidak akan pernah mendahului pagi atau antara hari dengan hari yang lain tidak akan pernah saling mendahului hari senin tidak akan pernah mendahului ahad dan seterusnya. Waktu akan bergulir terus secara teratur selama sunnatullah yang ditetapkan oleh Allah tidak berubah terhadap alam raya ini, terutama tentang evolusi bumi serta rotasinya, begitu pula bulan. Sehingga catatan-catatan yang berhubungan dengan waktu cukup lengkap, misalnya jam berapa matahari mulai terbit pada setipa hari pada bulan tertentu kapan tenggelam. Begitu pula kapan masuk bulan baru dalam penganggalan Islam sudah sangat mudah diketahui, apalagi semakin berkembangnya ilmu falak. Sehingga tidak sulit lagi menentukan kapan suatu bulan lama selesai dan kapan bulan baru mulai. Sehingga ummat Islam yang berpikiran maju tentu tidak akan bingung dalam menentukan kegiatan tertentu seperti pelaksanaan ibadah puasa, ibadah haji, ibadah shalat id dan lain-lain sebagainya bahkan waktu-waktu shalat wajib, sudah dapat diakses dengan mudah.
Oleh karena itu pelaksanaan sidang isbath/penentuan 1 Syawal yang sering dilakukan oleh departemen Agama dan selalu berakibat penyesalan setelah pelaksanaan ibadah karena seringnya tidak tepat/salah, dapat sampai kepada tingkat kepercayaan ummat ini menjadi hilang kepada pemerintah dalam hal ini departemen Agama RI. Pelaksanaan Sidang ISbath pula dapat merupakan arena mempertontonkan kebodohan sekelompok ummat Islam di Indonesia ini, dan menggambarkan kelemahan kita terutama dihadapan ummat lain, betapa tidak, jadwal shalat saja sudah bisa disusun dengan baik, bahkan kapan gerhana matahari, gerhana bulan dapat dihitung dan ditentukan dengan baik kapan saat terjadi, bahkan orang sudah sampai ke bulan, kok menentukan awal bulan saja begitu sulit dan selalu salah-salah sehingga menjadi bahan tertawaan dunia . Barang kali Depag jangan hanya bekerja pada saat-saat menentukan waktu ibadah puasa atau 1 Syawal, tetapi sudah waktunya menyusun kelender Islam (hijriyah), supaya jauh-jauh hari ummati Islam sudah tahu kapan saat mulai puasa, kapan lebaran idul fitri dan idul adha, kalau sudah ada kelender Islam, maka Depag tidak usa lagi setiap tahun harus meneropon bulan tanggal satu yang jarang terlihat atau melakukan sidang Isbath yang di dalam dipenuhi nafsu ingin menang-menangan saja bukan mengcari mana yang benar, sehingga anggaran Negara juga dapat dipangkas. Saya sebagai ummat yang sudah sering tertipu, sangat menyesali depag RI jika ini akan terus berlangsung, dimana kita seperti hewan yang selalu jatuh pada lubang yang sama. Apalagi untuk suatu kebenaran bukan menggunakan azas demokrasi, karena kebenaran itu dapat berada pada kelompok yang minoritas. Okelah ada pernyataan bahwa biar pemerintah yang tanggung dosanya kalau ada kesalahan, tetapi pemerintah siapa, apa pribadi menteri Agama? Kalau ya tidak terlalu soal, tetapi kalau seluruh jajarannya belum tentu mereka sepaham dengan bapak, lagi pula apa kita sanggunp menpertanggunjawabkan dosa 250 juta lebih ummat Islam di Indonesia ini, kalau bapak menyatakan ya sanggup, saya anggap bapak terlalu berani, dosa sendiri saja belum tentu dapat dipertanggungjawabkan apalagi dosa seluruh ummat Islam yang melakukan kesalahan karena kesalahan menteri dalam pengambilan keputusan.
Allahu a’lam bisswab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar