elakangan ini seluruh kampus di sulawesi selatan sangat akarab dengan kekerasan, bahkan para penghuni kampus terutama mahasiswa sudah dicap sangat gampang anarkis, brutal dan berprilaku preman. Hal ini memang sangat mengherankan jika kita kembali kepada sikap dasar mahasiswa yang seharusnya cendrung menggunakan otak dari pada otot, tetapi sebaliknya yang terkadang dilakukan mereka lebih senang menyelesaikan masalah dengan menggunakan otot. Memang tidak semua mahasiswa yang senang menggunakan otot dari pada otak, hanya dari jumlah yang sedikit ini justru mereka kelihatan yang dominan. Bahkan kalau diselidiki dengan baik mungkin yang sering anarkis dan menjadi provokator terkadang hanya beberapa orang, malah mereka-mereka yang terlibat biasanya mereka-mtereka yang tidak konsen dalam mengikuti perkulihana bahkan ada yang sepertinya senang menyandang gelar mahasiswa abadi, bahkan ada yang berpindah dari satu fakultas ke fakultas lain, tanpa satu pun fakultas yang menammatkannya. Jika ditelesuri lebih dalam kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa ada diantara mereka yang hanya mencari status mahasiswa saja, bahkan ada yang memang sudah menjadi preman di luar kemudian masuk menjadi mahasiswa, inilah preman yang mencari status mahasiswa. Mungkin sekali mereka masuk ke kampus berlindung dan aman dalam melaksanakan aksinya, apalagi kampus yang memiliki otoritas tersendiri sehingga pihak keamananpun tidak semena-mena untuk masuk kampus. sehingga kampus buat preman adalah tempat yang aman untuk berlindung dari setiap kejahatan yang mereka lakukan termasuk dalam melakukan aksinya untuk mengacau kampus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar